Jumat, 02 Januari 2009

Membumikan Pendidikan

Membumikan Pendidikan

Para praktisi pendidikan seperti para guru, dosen di lembaga pendidikan atau pun sekolah formal, pelatih (trainer) pada tempat kursus maupun lokakarya atau bahkan para pemandu pelatihan (fasilitator) di berbagai arena pendidikan non formal ataupun pendidikan rakyat di kalangan buruh, petani maupun rakyat miskin, banyak yang tidak sadar bahwa ia tengah terlibat dalam suatu pergumulan politik dan ideologi melalui arena pendidikan. Umumnya orang memahami pendidikan sebagai suatu kegiatan mulia yang selalu mengandung kebajikan dan senantiasa berwatak netral.

Namun demikian, sesungguhnya berbagai kritik mendasar tersebut justru semakin mendewasakan pendidikan, yakni memperkaya berbagai upaya pencarian model pendidikan, sehingga melahirkan kekayaan pengalaman di lapangan mengenai praktek pendidikan, maupun pendidikan sebagai bagian dari aksi kultural maupun transformasi sosial. Pendidikan menjadi arena yang menggairahkan, karena memang mampu terlibat dalam proses perubahan sosial politik di berbagai gerakan sosial yang menghendaki transformasi sosial dan demokratisasi.

Akan tetapi, pada saat yang sama kegairahan pendidikan juga tumbuh bagi penganut pemikiran liberal yang mendominasi. Hal itu ditandai dengan munculnya berbagai proses model pendidikan dan pelatihan yang pada dasarnya berpijak pada paradigma liberal dalam berbagai bentuk dan pendekatannya. Itulah misalnya mengapa pada tahun 1970-an dunia pendidikan disemarakkan oleh berkembangnya model-model pelatihan menjadi kapitalis sejati seperti Achievement Motivation Training (AMT).

Tujuan utama pendidikan adalah untuk mengenali, merumuskan, melestarikan dan menyalurkan kebenaran yakni : pengetahuan tentang makna dan nilai penting kehidupan secara mendasar. Untuk mengimplementasikan hal tersebut, salah satu cara adalah melalui pengajaran di sekolah, sekolah diadakan karena dua alasan mendasar yaitu : (1) Untuk mengajar siswa tentang bagaimana cara menalar, cara berpikir secara jernih dan tertata, dan (2) Untuk menyalurkan kebijaksanaan yang tahan lama dari masa silam.

Keberhasilan pendidikan sesungguhnya harus didukung paling tidak tiga komponen utama yaitu pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Menurut saya yang terutama adalah pemerintah, artinya bagaimana kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pendidikan. Secara makro kebijakan tersebut dipengaruhi keputusan politik. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana intelektual politik untuk memahami pendidikan secara menyeluruh.

Di tingkat filosofi politik, pendirian moral intelektualis pada umumnya diterjemahkan ke dalam apa yang barangkali bisa diistilahkan sebagai konservatisme filosofis. Konservatisme filosofis meliputi semua ungkapan konservatisme politik yang didasarkan pada sistem-sistem pemikiran filosofis atas teologis otoritarian (mutlak atau absolut), dan yang menganggap bahwa nalar yang benar akan menuntut ke arah kesimpulan-kesimpulan yang benar.

Secara umum, konservatisme filosofis ingin mengubah praktik-praktik politis yang ada, termasuk praktik-praktik pendidikan, demi menjadikannya lebih sesuai secara sempurna dengan cita-cita intelektual atau rohaniah yang sudah mapan.

Intelektualisme pendidikan, sebagaimana telah dibicarakan erat kaitannya dengan pendekatan-pendekatan tradisional (metafisis) terhadap filosofi, dan kebanyakan dari pada wakil konvensional dari filosofi-filosofi tradisional cenderung untuk berbicara dalam peristilahan intelektual pada saat membahas persoalan-persoalan pendidikan. Jadi, secara umum intelektualisme pendidikan meyakini bahwa ada kebenaran-kebenaran tertentu yang sifatnya mutlak serta kekal, yang melampaui ruang dan waktu tertentu, bahwa kebenaran-kebenaran itu selalu ada dan berlaku bagi umat manusia pada umumnya dan tidak merupakan milik yang unik dari individu ataupun kelompok manusia tertentu saja.

Sasaran pendidikan secara keseluruhan adalah untuk mengenali, merumuskan, menyalurkan dan melestarikan kebenaran inti (prinsip-prinsip pokok yang mengatur pemaknaan dan arti pentingnya kehidupan). Secara lebih khusus, peran sekolah dalam jangka pendek adalah sebagai sebuah lembaga sosial tertentu yang harus mengajarkan pada para siswa bagaimana caranya berpikir, cara menalar serta untuk meyalurkan pemikiran terbaik.
Nama & E-mail: YANTO
http://re-searchengines.com/art05-51.html

0 komentar:

TIME IS MONEY

ISLAMIC FINDER