Jumat, 02 Januari 2009

"Bagaimana Cara Membuat Sosok Guru Kita yang Ideal dan Profesional?"

"Bagaimana Cara Membuat Sosok Guru Kita yang Ideal dan Profesional?"

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Jawa Pos, yang telah memotivasi diri saya untuk memutar otak hingga menuangkan ide saya melalui "email page" ini. Mohon maaf, karena panjang tulisan saya ini, melebihi aturan yang diberikan. Semoga pihak editor Jawa Pos yang dapat mengeditnya lebih singkat dan padat.

Sesuai tema yang diberikan "Bagaimana cara membuat guru kita maju dan profesional'. Tentu saja tema ini adalah sebuah pertanyaan simple, namun butuh jawaban tepat dan cukup rumit pelaksanaannya. Menurut saya, jawaban rumit yang butuh pelaksanaan kompleks itu adalah mereaktualisasikan peranan guru dan siswa dalam meningkatkan mutu pendidikan di bangsa Indonesia tercinta ini (pada umumnya).

Pelaksanaan pada tahap atau langkah awal adalah menerapkan kemajuan dan keprofesionalismean guru (pendidik), dan diiringi pengasahan pemikiran, potensi dan daya tangkal kritis oleh para peserta didik (siswanya). Namun kali ini, sesuai tema saya akan menjelaskan cara menjadikan seorang guru itu maju dan professional. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat berperan penting dalam pola pembinaan, pengajaran, pembimbingan dan pengembangan. Semua pola tersebut merupakan tanggung jawab penuh seorang guru, sehingga benar-benar mampu mencetak siswa yang tangguh dan terampil di segala bidang. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seperti yang dikatakan di atas sebelumnya, tidak menutup kemungkinan akan banyak mendapat hambatan yang cukup kompleks dan temporal.

Kita ketahui bersama, pendidikan dipandang kurang relevan dengan pembangunan. Hal ini menyebabkan mutu pendidikan dianggap kian merosot, yang pada akhirnya menimbulkan kritik dari berbagai pihak. Namun, kita terutama sebagai guru jangan langsung pantang menyerah dan jangan cepat putus asa. Sekalipun tantangan gurur di masa depan lebar membentang, namun semangat dan cita-cita guru to teach how to learn kepada peserta didik (siswa) harus tetap tertanam dalam sanubari.

Tidak hanya untuk berbasa-basi, saya ingin sekali guru dan siwa saling take and give (berbagi) dan berperan aktif sesuai 'tupoksi' (tugas pokok dan fungsinya) serta kewajiban kita masing-masing. Saya sebagai anak bangsa yang mempunyai rasa peduli yang besar terhadap perkembangan pendidikan bangsa ini, mencoba memberikan ide saya 'bagaimana menjadi guru yang selalu bertanggung jawab, punya keinginan maju dan professional tentunya. Berikut ini sumbangsih pemikiran saya, bagi 'pahlawan tanpa tanda jasa' kita selama ini; (mungkin poin-poin inilah merupakan inti tulisan dari saya)

1) Dahulu orang gandrung meningkatkan IQ (Intellegent Quality), sekarang dibutuhkan lagi dua jenis kualitas diri. Bukan hanya lagi trend, tapi wajib dimiliki oleh semua insan manusia (terlebih guru), yaitu menerapkan EQ (Emotional Quality) dan SQ (Spiritual Quality) dan SQ (Spiritual Quality). Jadi, guru tersebut akan cerdas secara emosional dan spiritual.

2) Niatkan pada diri sendiri untuk benar-benar mengabdikan diri menjadi guru yang amanah, karena ingin beribadah di jalan Tuhan Sang Pencipta semata. Kemudian, jadikanlah kritik dari berbagai pihak akan kelemahan kita, sebagai dorongan untuk mencari cara-cara belajar dan mengajar baru yang lebih efektif kepada siswa.

3) Berupaya keras dan pantang menyerah untuk maju dari ketertinggalan pendidikan (pengetahuan) diri pribadi, sekolah, kota, bahkan maju dari ketertinggalan pendidikan bangsa kita, agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berusaha menghormati pribadi siswa dan menjauhkan mereka dari berbagai keluhan, frustasi dan konflik. Bersikap ramah dan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah mereka, sehingga tidak mengganggu pikiran siswa ketika menerima pelajaran di kelas.

5) Rancanglah metode pembelajaran lebih awal, sehari sebelum mengajar di kelas. Mengupayakan agar pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai penuh oleh guru, kemuadian menyampaikannya dengan cara menyenangkan dan tidak menyulitkan (mudah dilaksanakan) oleh para siswa. Mungkin makin berharga suatu pelajaran, maka makin banyak kesulitan yang harus dilalui oleh seorang guru dan siswa untuk menguasainya. Kemungkinan ini tidak berarti pelajaran harus dibuat sulit agar ada nilainya. Namun, menjadi cara guru untuk mengajarkan kepada siswa agar mempelajari banyak hal dan menghadapi kesukaran-kesukaran yang baru.

6) Saat mengajar kepada siswa di kelas, ciptakanlah suasana kondusif yang menjadikan siswa itu tertantang dan menyadari pentingnya ilmu-ilmu pelajaran yang guru ajarkan. Sesuaikan kondisi, kapan saat guru harus bercanda (melucu dan mengajak tertawa siswa), dan kapan saat guru harus mengajak siswanya untuk serius di kelas. Jadi, guru tahu benar, cara mengefesiensikan waktu yang ada, dan tidak mengajak hal-hal yang merugikan kepada siswanya.

7) Seorang guru harus mampu rela berkorban, memiliki kedisiplinan diri (self dicipline) agar tepat waktu memasuki kelas untuk mengajar siswanya dan dapat saling mengingatkan, menasehati dan share (berbagi) kepada siswanya menuju paradigma pendidikan yang lebih baik dan maju.

8) Segala isi petuah dan nasehat guru kepada siswa-siwanya, harus diaktualisasikan terlebih dahulu oleh guru itu sendiri dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Dengan kata lain, tingkah laku guru yang baik, pasti akan menjadi keteladanan atau contoh yang baik bagi para siswanya.

9) Tidak hanya menguasai ilmu yang diajarkannya, tetapi juga menguasai ilmu-ilmu penting yang menjadi nilai plus bagi guru, misalnya mempelajari bahasa asing, menguasai IpTek/TI (dunia komputer dan internet), dan kreativitas lainnya sesuai kemampuan yang ada pada guru tersebut. Dua kegiatan yang tak boleh terlupakan untuk dikembangkan oleh guru, yaitu menulis dan meneliti, sehingga memacu guru akan terus membaca dan melakukan refleksi pada setiap kegiatan pembelajaran.

10) Terakhir, guru harus mempunyai sifat tegas, jujur, adil, bijaksana dan memenuhi hak dan kewajiban yang selaras, mendahulukan kepentingan orang banyak (prioritas), halus dan sopan dalam bertutur kata, kemudian wajah diperamah dengan senyum ketika menatap wajah-wajah yang mengharap perhatian penuh (siswa) dari guru tercintanya. Tentu tidak ada seorang pun siswa yang akan menjauhi, menakuti, bahkan membenci gurunya tersebut.

Namun, alangkah indah dan sinergisnya sasaran kita untuk memajukan pendidikan di Indonesia, bila poin-poin di atas didukung dengan reaktualisasi (pembaharuan) peran siswa yang sesungguhnya, yaitu siswa yang penuh kesadaran, inisiatif dan tanggung jawab tinggi yang tentunya telah dibekali oleh keikhlasan, budi pekerti dan moral yang baik. Mengapa saya katakana seperti ini? Jawabannya karena, sesungguhnya suatu sekolah hanya bertindak sebagai sarana pusat pengembangan dan pembinaan, sedangkan guru sebagai tutor (orang yang memfasilitasi) peserta didiknya. Jadi, siswalah yang sebenarnya harus tanggap, taat dan patuh. Dan dapat saya simpulkan bahwa maju mundurnya suatu sekolah bergantung pada kedua unsur di atas, yaitu adanya pembinaan guru professional (pihak sekolah) dan kesadaran siswa itu sendiri.

Jika hal ini benar-benar sudah terwujud dan sudah menjadi suatu kebiasaan, Insya Allah di masa sekarang dan yang akan datang dapat mencetak bibit-bibit siswa unggul yang dapat tampil di masyarakat sebagai insan yang beriman dan bertakwa, terampil dan tentunya berakhlak mulia, berkat guru professional dan beranggung jawab.

Akhir kata saya, hidup guruku! Hidup guru kita! Jadilah guru ideal, favorit bagi para siswa dan professional!...

Mohon maaf bila ada kata-kata saya yang kurang berkenan di hati dan terima kasih atas diadakannya media demokrasi berargumentasi ini.

Wabilahi taufiq walhidah, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Nama & E-mail (Penulis): Yuliana Sari
Mahasiswa di Universitas Tdulako Palu
Topik: Guru Ideal dan Profesional, Sangat bagus dibaca oleh para guru dan siswa

0 komentar:

TIME IS MONEY

ISLAMIC FINDER